Langsung ke konten utama

Postingan

Sindoro via Ndoro Arum: Pen Lihat Cantigi, Sampai Atas Malah Lupa

hallo guys, aku abis turun dari Gunung Sindoro. Sudah agak lama, mungkin dua minggu lalu. Lets me tell u about my story.  disclaimer: cerita ini lebih ke curhat daripada informatif. if isn't your sense, just leave it. Hari Senin malam aku diajak temenku ikut pendakian ke gn Sindoro via Ndroro Arum. ya, tentu saja aku sangat senang, pol polan. kendalanya adalah hari pendakian sama dengan jadwal konser yang sudah aku beli tiketnya. Menangis, aku pen keduanya. tapi karena aku sadar bahwa aku bukan Naruto yang bisa jurus seribu bayangan. akhirnya, aku relakan salah satunya. hari selasa aku mencoba menghubungi contac person yang tertera di pamflet pendakian bersama. ya, aku meninggalkan tiket konserku :") dengan semangat YOLO dan kapan lagi? aku memutuskan untuk ikut pendakian bersama. banyak yang tanya, "mi, kok boleh naik gunung? gimana izinnya?" let me tell u, guys percakapan antara aku dan Bapak, karena kalau ibuk sudah pasti boleh. Aku : Bapak hari sabtu-minggu, kula
Postingan terbaru

Sebuah Pesan

WARISAN apa yang bisa kuwariskan? aku bertanya pada anak-anaku: apa warisan paling berharga? mereka bilang sertifikat tanah. aku tak punya. aku tinggalkan mereka sedikit ilmu yang kutahu. mereka bilang: aku tak bisa hidup tanpamu. aku pun tahu, maka kuberi kau ilmu, bertahanhiduplah tanpaku mutlak kiranya fakta bahwa aku tak selamanya bersamamu sedikit yang kuwariskan padamu, ilmu itu semoga menjagamu di dunia dan akhirat melindungimu dari kemalangan mengantarkanmu pada kebahagiaan memberimu apa-apa yang tak bisa kuberikan malang juga nasibku karena kekurangan ilmu maka, maafkan aku. satu-satunya yang bisa kuusahakan adalah menyekolahkanmu. semoga menjadi bekal dan warisan paling berharga Magelang, 21 Januari 2023 0.08 WIB

KESEMPATAN

screencapture 2021 Halo Frnn! Akhirnya blog ini menjadi salah satu tempat keluh kesahku. Setahun sudah aku menjalani tantangan baru dalam hidup. Bekerja. Bekerja secara profesional. Banyak hal yang aku pelajari bahkan baru aku ketahui. beraneka macam manusia dengan segala karakternya yang berbeda-beda. Lingkungan yang sangat berbeda dengan kehidupanku sebelum-sebelumnya. Perlu banyak waktu untuk memahami segala macam situasi di setiap harinya. Yang tak aku sangka-sangka aku sudah setahun lamanya bertahan meski penuh dengan tangis, melangkah terseok-seok hingga merangkak. Dunia yang tak pernah kulihat hitamnya kini mulai tampak. Sedikit demi sedikit kutemukan manusia-manusia yang sebelumnya hanya bisa aku bayangkan dari cerita teman-teman. Seiring dengan hitam yang kian tampak aku menemukan sinar-sinar dibaliknya. Sinar itu mencuat seperti garis sejajar di langit yang terapit awan, membentuk bayangan yang sangat besar, menerkamku dalam kegelapan. Aku menyukai kesempatan yang Allah berik

Sebuah Cerita Perjalanan: KRL Jogja-Solo

Halo teman-teman! Aku ingin bercerita tentang perjalanan pertamaku naik KRL Commuter Line ke Solo. Seingatku ini juga kali pertama aku ke Solo. Senang, weeh... Karena ini kali pertama, aku mencari informasi di internet tentang perjalanan ke Solo. Pencarian informasi favoritku adalah blog yang berisi cerita orang. Tapi, ketika aku mencari informasi di internet, sangat minim info yang menarik menurutku. Kebanyakan adalah website komersil tentang travel. Sedikit kecewa sehingga aku punya niat untuk menulis ceritaku sendiri agar dapat membantu orang lain yang membutuhkan. Sabtu, 20 November 2021 Aku berangakat bersama lima teman dalam keadaan aku tidak khawatir dan aku percaya mereka. Kami berangkat dari Magelang menuju Stasiun Tugu Yogyakarta pada pukul 8.32 WIB. Kami berboncengan menggunakan motor. Kami motoran dengan kecepatan biasa saja, tidak kekurangan, tidak berlebihan. Kami menikmati perjalanan, berhenti ketika lampu merah, hati-hati ketika lampu kuning, dan

Baca Boleh, Engga Juga Ngga Papa

Halo fren, setelah beratus-ratus, berjuta-juta, bermiliar-miliar menit aku ngga buka blog lagi. Akhirnya aku ada niatan nulis sesuatu hahaha. Santai aja ya fren, soalnya dulu aku mikir banget. kalau nulis sesuatu harus bener tata kalimatnya, pilihan bahasanya, dll. Tapi, karena ini yang baca juga cuma itu-itu aja (aku). Ya udah deh, sans aja ngga usah baku-baku amat. Emang skripsi, huhu. Tapi lain waktu mungkin aku bakal terapin apa yang udah aku pelajari tentang menulis. Sekarang menulis santai aja dulu ya. Jadi yang pengen aku ceritain adalah akhirnya aku bisa naik G. Andong lima kali. Huhu, terharuuuu😭. Iya, aku tahu [cuma] G. Andong katamu. Tapi aku puas karena akhirnya omonganku 2 tahun lalu bukan omong kosong. Setidaknya aku bisa buktiin ke diri sendiri kalau aku bisa tepatin janji. Di tempat yang sama dengan orang yang berberda menurutku rasanya tetep beda. Bukan tempatnya tapi orangnya. Aku selalu mikir kaya gitu setiap kali aku naik ke sana. Biar apa? Biar ngga nyesel-nyesel

Teoriku Sewaktu Kecil

Gambar dekat rumahku, hiyaa ngga usah dicari ini cuma ilustrasi dulu aku mainya di sini. Dulu itu hutan bambu. Masa kecil adalah masa yang paling membahagiakan menurutku. Meski kekurangan, meski mudah dibodohi, meski sering menangis, meski sering dikerjai, meski sering tak percaya diri, tetap saja masa kecil adalah masa-masa membahagiakan yang tak bisa diulang. Kadang aku merasa iri, terharu, apa ya? Sering senyum sendri kalau lihat anak kecil tu. . Paling terharu ketika melihat anak kecil berangkat sekolah pagi-pagi sambil jalan kaki. Senang sekali melihatnya, dalam hati aku berkata "bahagialah sebesar-besarnya, bermimpilah setingginya, percayalah bahwa dunia ini benar-benar indah, sebelum kalian menyadari kenyataannya. Berlarilah, berteriaklah, tertawalah, sebelum rasa malu menyerangmu. Tetaplah rangkul pundak teman di sisimu karena kau tak akan pernah tau kapan bisa seperti itu lagi." . Banyak hal yang mejadi pertanyaan ketika aku masih kecil. Pertanyaan-pertanya

Cerita Para Pembeli

Warung yang selalu aku tunggu dan mempunyai banyak cerita Hari-hariku biasa aja, sebiasa aku menjalani rutinitias tiap hari. Apalagi liburan, apa itu? Sama saja. Pagi hari bantu ibu, masak-masak, cuci-cuci, bersih-bersih, tunggu warung sampai siang hari kadang sampai sore hari. Gitu-gitu aja teruss... . Pembeli? Ya, aku selalu mengingat wajah-wajah pembeli di warungku karena selalu sama, itu-itu saja. Mereka datang di jam yang sama pula. Ibu-ibu dan anaknya, nenek-nenek dan cucunya, bapak-bapak dengan rokoknya, mas-mas dengan ponsel yang tak pernah lepas dari tangan, mbak-mbak yang suka rumpi lama sama temannya, dan adek kecil yang suka tuker uang buat jajan. . Mereka berbeda-beda, berbeda karakternya, berbeda bahasanya, berbeda daya dengarnya, berbeda kesabarannya, berbeda pula ceritanya. Ada pembeli yang pendiam yang ngomong mau beli apa aja ngga kedengeran. Ada pembeli yang berusaha baik, seperti waktu itu. Aku bertanya, "ibu mau beli apa?" Ibu itu dengan nada ti